Jogja Antique

Friday, February 12, 2010

Tujuh Hari Mengenang Kepergian Ibunda Tercinta




Tujuh hari sudah Ibunda tercinta meninggalkan kami, anak-anaknya, suami dan cucunya. Banyak kenangan manis terukir sepanjang tahun, sepanjang bulan, sepanjang hari, sepanjang jam, menit, detik dan seterusnya. Memang begitulah kenyataannya. Ibuku adalah seorang pemimpin di Rumah. Dialah sesungguhnya "alur utama" dalam setiap keputusan yang diambil keluarga.

Keputusanku mundur dari pekerjaan di bantul ditahun 2007 adalah dalam rangka menunggui dan merawat ibu yang ketika itu tergolek sakit di tempat tidur selama berbulan bulan. sebagai anak laki-laki, aku merasa wajib untuk merawat dan menemani ibu sehingga merelakan pekerjaan yang sudah kurintis sejak kuliah.

Keputusanku melamar dan bekerja di BRI adalah karena ibu juga. Ketika beliau sudah mulai merasa bisa berjalan dan memenuhi keperluan sehari-hari ( jalan, masak, mandi dll sendiri tanpa bantuan) beliau menyuruhku bekerja lagi, dan karena di dekat rumah yang ada lowongan di BRI, ya disanalah aku mengabdikan diri.

Sebenarnya saat itu aku terus ingin menemani ibuku, karena penghasilanku dari adsense lumayan untuk bisa menghidupi anak dan istriku. Namun karena lagi-lagi ibuku mengatakan bahwa aku sebagai kepala keluarga harus bekerja layaknya pria dewsa di kantor-kantor, akupun menurutinya.

Dan sudah dapat diduga, berkat usahaku sendiri ditambah dengan doa seorang ibu, bekerjalah aku di BRI saat itu.... Ibu masih mau apa lagi tentang anakmu?

BERITA KOMPAS