Jogja Antique

Tuesday, June 29, 2010

Puncak Garuda Impian Pendaki (bag 2)

Puncak atau kami tetap di atas berhari-hari untuk mencapai puncak Garuda. Pagi itu kami berjalan menyusuri jalur pendakian kinah rejo menuju puncak merapi. Rombongan berjumlah 3 orang, NCP, Komo dan saya sendiri yang sering dipanggil Tovler. Nama panggilan karena dulu suka membaca bukunya Alvin Tovler tentang Kejutan Masa Depan maupun Gelombang Ketiga.

Pendakian merapi via Kinahrejo yang sering disebut sebagai jalur pendakian selatan merapi memang cukup menantang. Dibagian kira-kira 3 jam pertama pendakian melewati lereng-lereng, jarang sering sekali melewati punggungan bukit sampai zona kendit atau bagian gunung merapi yang sudah tidak ditumbuhi tanaman apapun. Semua hanya berupa batu-batu hasil erupsi merapi yang masih rapuh. Jauh mata memandang hanya batu dan batu yang membentuk lembah maupun punggungan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Gunung Merapi.

Jalur Selatan Merapi selalu memberi sensai yang berbeda. Jalur pendakian sesungguhnya antara ada dan tiada, karena jalur yang melewati bebatuan itu tidak jelas dan tidak ada tanda-tanda kecuali jejak warna hitam bekas pijakan kaki yang sering hilang karena hujan ataupun tertimpa guguran batuan hasil erupsi merapi. Oleh karena jalur yang sering tidak keliatan itulah maka banyak pendaki yang tersesat.

Sensasi lain dari jalur Selatan Merapi adalah bahaya guguran batu. Guguran itu bisa karena injakan pendaki yang diatasnya ataupun karena memang bebatuan itu sangat rapuh, sehingga kadang-kadang terkena angin atau karena gaya grafitasi yang membebani batuan di lereng itu sendiripun bisa membuat batu jatuh ke bawah. Maka di sarankan melawati Zona Kendit itu sudah agar terang, sehingga bisa melihat dengan jelas ketika ada guguran batu, kita bisa menghindarinya...(bersambung)


BERITA KOMPAS