Jogja Antique

Tuesday, June 15, 2010

Piala Dunia Dan Gempa Jogja 2006

Bulan Mei gempa berkekuatan 5,7 SR mengguncang Jogja dan Sekitarnya. Tepat pukul 05.50 ( Jam dinding kantorku) selepas sholat subuh di lantai 2, tiba-tiba suara gemuruh dan diikuti gonangan keras menghantam semua rumah dan bangunan. Hanya dalam sekian detik, banyak rumah roboh, jembatan miring, bangunan ambruk dan masih banyak lagi. Peristiwa Gempa Jogja itu demikian dahsyat, ribuan orang meninggal, ribuan orang kehilangan tempat tinggal, banyak bayi dan balita kedinginan tidur di luar rumah, dan masih banyak penderitaan lainnya.

Pada Hari "H" gempa terjadi, aku belum mampu berbuat apa-apa, masih shock, mencari dan mengabarkan anggota keluarga yang ada di seputaran jogja dan bantul. Karena sebagian besar yang terkena dampak paling besar di area jogja selatan. Alhamdulillah, keluarga dekat aman dan sehat, hanya ada beberapa saudara dekat yang rumahnya runtuh total, namun keluarga yang agak jauh ada juga yang meninggal.

Hari ke 2 pasca gempa, aku mulai berkemas menghubungi teman-teman komunitas untuk bagaimana caranya bisa meringankan bebas penderitaan warga yang terkena bencana. Bermodal iuran 20ribuan, dibelikan obat2an seadanya, kemudian menghubungi teman yang punya mobil pick up, kami berangkat menuju daerah imogiri bantul. Bermodal obat-obatan seadanya kami bantu yang luka ringan, dan bermodal mobil pick up, kami angkut warga yang luka berat dan masih bisa di tolong ke tempat pengobatan umum di Lapangan Wonokromo.

Sampai 3 bulan kemudian kami masih di lapangan yang diakhiri dengan program " just for Children" yaitu program pemulihan trauma untuk anak-anak yang kehilangan ibu, bapak dan sanak keluarganya. Namun kali ini aku tidak ingin membahas tentang itu, namun tentang piala dunia 2006. Piala dunia yang pas banget dengan warga jogja bagian selatan selalu tidur di luar rumah, yang selalu kedinginan karena hujan, yang selalu membutuhkan hiburan di tengah tekanan ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. (bersambung)

BERITA KOMPAS