Jogja Antique

Tuesday, October 26, 2010

Selamat Jalan Mbah Marijan, Jasamu Untuk Merapi Tak Terlupakan

Merapi adalah fenomena. Gunung teraktif di dunia dengan branding " Wedhus Gembel" alias awan panas yang selalu menyertai setiap letusan yang terjadi. Dunia pendidikan dan perguruan tinggi yang berkaitan dengan ilmu alam selalu membahas merapi bagaikan menimba air laut yang tidak ada habisnya. Sungguh menakjubkan dan memberikan gambaran kuasa Tuhan di muka bumi

aku dan teman-teman grafika 93 di Puncak garuda tahun 94

Bicara merapi akan selalu teringat Mbah Marijan, Sang Juru Kunci Merapi yang menjadi panutan warga seputar merapi, juga para pendaki yang akan naik ke puncak merapi. Hanya satu kata mbah Marijan, akan berarti terus mendaki atau berhenti di rumah beliau. Ya... berari lanjut, tidak berarti tinggal. Gak peduli apakah Dinas Kegunung Apian menyatakan Ya atau tidak, biasanya yang menjadi patokan teman-teman pendaki adalah kata-kata dari Mbah Marijan.

Ketika para pendaki itu turun dari puncak, ketika mereka hanya sekedar jalan-jalan, ketika merapi belum terkenalpun semua mendengar setiap petunjuk dan petuah mbah marijan. Namun perbedaan perlakuan akhir-akhir ini, seiring kepopuleran beliau sebagai bintang iklan, agak sedikit berbeda. Klo dahulu berpose dan foto bersama beliau adalah hal lumrah dan bisa dilakukan setiap saat, di akhir-skhir ini menjadi hal yang agak sulit, Kadang beliau menolak, karena beliau takut dikaitkan dengan komersialisasi foto.

Kita semua paham, beliau sang juru kunci tetaplah seorang yang bijak dan andhap ashor, sangat menghargai siapapun yang sowan atau sekedar berbincang dengan beliau, Bahkan di usianya yang mulai renta, Mbah Marijan sesungguhnya sudah mulai menurun secara fisik, namun  semangat beliau, semangat untuk melindungi warganya, semangat untuk menjaga merapi, patutlah di contoh dan dijadikan tauladan.

Beberapa saat yang lalu, aku masih sempat mampir, menyapa beliau yang sedang menebang ranting pohon belimbing di depan rumahnya. Beliau masih seperti yang dulu, ramah dan selalu mituturi kami dengan bahasa jawanya yang kenthal. Terima kasih mbah Marijan, jasamu tak terlupakan. Terima kasih engkau telah menjaga kami semua, menjaga merapi sampai titik darah penghabisan. Aku yakin, Kematianmu yang juga oleh awan panas itu, akan menjadikanmu bangga, menjadikan anak cucumu bangga, bahwa engkau pelindung sejati. Sekali lagi terima kasih dan SELAMAT JALAN MBAH, Semoga Tuhan Memberikan tempat terbaik di sisi NYA. Amien

Semarang, 27 Oktober 2010.

Yang selalu kangen Merapi
karis GRAFIKA 93

BERITA KOMPAS