JAKARTA, SENIN - Bila Anda penggemar barang antik dan sedang berkunjung atau berada di Jakarta, tidak ada salahnya untuk mampir di Pasar Antik Jakarta (PAJ), Jl. Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat.
Tidak ada satupun para pedagang yang mengetahui secara pasti kapan pasar yang berada di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat, tersebut mulai beroperasi. Namun para pedagang memprediksi PAJ sudah ada sejak 30 sampai 40 tahun yang lalu, atau sekitar tahun 1960-an.
"Saya baru mulai tahun 2000 jualan di sini, tapi kalau dengar cerita dari teman-teman dan orang-orang yang sudah lebih dulu jualan di sini, pasar antik ini sudah ada sejak 30 sampai 40 tahun yang lalu," ujar Roni, salah satu pedagang yang berjualan di Pasar Antik Jakarta (PAJ), Senin (8/12).
Sebelumnya, pasar ini merupakan pasar loak yang menjual barang-barang bekas seperti baju, celana, kipas angin, dan barang bekas lainnya. Namun, sejak tahun 1971, para pedagang di PAJ sudah banyak yang menjual barang antik, seperti alat-alat kapal, teropong, kompas, lampu, setir kapal, guci, porselin, sampai keramik yang berasal dari luar negeri.
Sampai saat ini, bila berjalan di sepanjang jalan Surabaya, Anda akan menjumpai puluhan pedagang barang antik dan seni yang berjejer di puluhan stan toko yang ada di sana.
"Sebenarnya sih tidak ada yang jualan secara khusus, kebetulan saja saya banyak jual barang seni dari seluruh indonesia," lanjut pria sal Bandung ini. Di dalam tokonya, Roni menjual beragam barang seni di antaranya, gong, tifa, gamelan, topeng dari kayu, ukir-ukiran, sumpit, sampai busur.
"Lumayan juga peminatnya, meski tidak setiap hari ada yang beli. Tapi banyak turis asing yang belanja barang-barang antik khas indonesia di sini," beber Roni.
Selain barang seni yang dijual di toko milik Roni, masih banyak barang antik dan seni lainnya dijual di PAJ. Barang yang dijual berupa guci, piring, alat-alat kapal, lampu hias, wayang kulit serta barang antik lainnya yang terbuat dari kuningan maupun tembaga.
"Kalau di tempat saya (toko) hanya menjual barang-barang kerajinan yang terbuat dari logam kuningan dan tembaga, seperti jam dinding, setrika jaman dulu, sampai kerajinan tangan berupa patung dari kuningan," jelas Kris (35), pedagang yang berada di sebelah stan milik Roni.
Kedua pedagang juga menuturkan, kebanyakan pembeli yang berbelanja di tempat mereka adalah turis luar negeri. "Ada juga sih orang dalam negeri, tapi yang lebih sering belanja itu turis dari Belanda, Amerika Serikat, Swiss, Italia, Australia, China, dan Jepang," tutur Kris, yang diamini Roni.
Para turis tersebut umumnya membeli barang-barang seperti porselin dan guci dari China, barang-barang antik dari dalam maupun luar negeri berupa peralatan bekas kapal, seperti kompas, teropong nahkoda, helm untuk berenang, hingga setir kapal.
Barang dari logam kuningan dan tembaga juga menjadi incaran para turis untuk koleksi maupun cenderamata. Harga yang ditawarkan oleh para pedagang di PAJ sangat bervariasi, tergantung jenis dan kelangkaan barang. Ada yang dijual Rp 20 ribuan, seperti wayang kulit, dan ada juga yang mencapai jutaan, seperti lampu hias besar dan ukir-ukiran yang didatangkan dari Papua.
"Semakin langka suatu barang dan mengandung nilai seni tinggi, maka harganya juga akan semakin mahal," terang Kris.