Jogja Antique

Monday, January 23, 2012

Semalam di Merbabu

"Malam pergantian tahun semakin dekat, langkah kakiku makin berat mendaki lereng merbabu, nafasku tersengal dan tubuhku gemetaran, sementara hujan rintik - rintik telah reda berganti angin lembah yang dingin menyengat tulang, tiba-tiba terdengar suara keras BOOOM.... BOOM BOOM ..."

Langit mendung dan gerimis mengantar perjalananku ke Desa Kedakan di lereng Merbabu. Siang itu aku disibukkan dengan persiapan peralatan dan bekal untuk mendaki setelah sekian lama tidak beraktifitas di gunung sehingga banyak peralatan yang sudah rusak atau tidak ada lagi. Tas Carier, alat masak, matras, sleeping bag entah dimana rimbanya, memaksaku mencari pinjaman atau beli.

Sudah 8 tahun aku tidak menginjak Gunung Merbabu. Kerinduan akan hawa sejuk pegunungan dan sensasi berada di atas awan membuatku tak tahan untuk segera melakukan pendakian. Beberapa orang teman sudah menunggu di pintu masuk desa kedakan sedangkan aku berbondengan dengan teman sejatiku berangkat dari jogja menuju wekas. Hujan terus mengguyur dan banjir menggenangi jalan dimana mana.

Menjelang magrib hujan belum berhenti, mataku sambil melirik kanan kiri jalan untuk mencari sesuatu yang hangat dan mengenyangkan. Pada sebuah tanjakan menjelang belokan desa wekas, aku melihat ada warung mie ayam bakso di pinggir jalan. Kutawarkan temanku yang dibelakang apakah setuju untuk mampir atau tidak di warung itu, dan dia menganggukkan kepala tanda setuju.

Hidangan Mie Ayam Bakso dengan porsi besar sungguh nikmat. Sebenarnya gak terlalu istimewa sial rasa namun perut kosonglah yang membuat mie ayam lengkap dengan baksonya lenyap tak bersisa. Seporsi makanan itu membuat perutku hangat dan kenyang, kami siap melanjutkan perjalanan yang cukup berat menapaki jalan desa berbatu dan tanjakan terjal menuju kampung terakhir lereng merbabu....(bersambung)

BERITA KOMPAS