Jogja Antique

Wednesday, January 4, 2012

Bukan Hanya Soal Posisi Duduk

Pagi itu aku sengaja duduk yang biasa dia duduki. Laptop kupindahkan dengan alasan kabel terlalu pendek, sehingga perubahan tempat duduk itu tidak menyolok dan cukup masuk akal. Ketika wanita muda itu datang, kupersilahkan duduk ditempat yang biasa ku duduki alias di depan. Sebuah pengamatan yang ingin kulakukan sehari kerja sejak mulai duduk sampai pulang.
Penampilannya sedikit berbeda, yang biasanya polos, wanita muda itu hari ini memakai bedak tipis dan lipstik membuat bibir tipisnya tampak sedikit menyala. Ha ha.. ini bukan soal bibir loo... tapi soal penampilan. Dalam kepalaku tidak pernah berpikir tentang seks. Sehingga "rasa" yang kemaren datang tiba-tiba itu tidak pernah ternoda oleh pikiran-pikiran kotor. Semoga demikian seterusnya...
Duduk, datang, diam, sms an atau melamun. Itu yang kuamati sejak pagi. Sesekali tersenyum atau bergumam sendiri. Sesekali melihat ke belakang, namun aku pura-pura tidak tau sajalah. Toh kupikir aku tidak tau artinya apa. Mungkin mau bertanya sesuatu atau mungkin ingin membantu pekerjaanku. Hari itu aku sengaja tidak memberi pekerjaan atau meminta bantuan padanya. Fokus pengamatan saja...
Kupikir hari itu aku bisa menyimpulkan sesuatu, ternyata tidak sama sekali. Pernyataan-pernyataannya membingungkan, khas sanguinis. Kadang berkata A, tapi bahasa non verbalnya tidak mendukung. Kadang berkata B, ketika dikonfirmasi tidak bisa menjelaskan alias kabur...Aku paham, itu watak sanguinis yang sulit untuk mengatakan apa yang terjadi terutama tentang perasaannya. Yang di ucapkan selalu yang tidak ada di tempat, yang diceritakan adalah sesuatu yang sudah berlangsung ditempat lain. Tidak sama sekali berbicara perasaan pada saat dan kejadian yang aktual.
Saatnya menakar... saatnya menerapkan kemampuan menakar isi hati. Dengan pengamatan yang dilakukan, sudah saatnya mengambil simpulan sementara. Bukan soal benar atau salah, tapi soal berani membuat keputusan dengan informasi yang minimal. Keadaan menjadi sulit bagiku, semua orang tau, ada batas - batas yang jelas, hanya satu orang yang tau bahwa sesungguhnya batas itu sudah tidak ada. Tinggal menunggu waktu. Dan satu - satunya yang tau adalah ibuku. . .
GPL8/Awan/ 28 Des 2010

BERITA KOMPAS