Jogja Antique

Friday, January 22, 2010

Laptop SMK Ramai Dikredit, Modal Tersendat




Jakarta - Meski hanya merakit laptop, prestasi siswa-siswi SMK Negeri 4 Bandung patut dibanggakan. Sayangnya, kegiatan positif ini masih terkendala dana.

"Terus terang kami terkendala dengan dana untuk membeli komponen laptopnya. Itu sebabnya kita sedang mencari investor yang mau mendanai kita," tutur Eman Sulaeman Hidayat, Direktur Business Center SMK Negeri 4 Bandung saat ditemui detikINET.

Laptop hasil rakitan siswa ini diberi label Advan SMK dengan latar bendera merah putih. Sejak Desember 2009, siswa SMK ini mampu merakit 40 unit laptop. Ada 2 jenis yang mereka rakit, Netbook Vanbook (Rp 3 juta) dan Notebook G2T-65S (Rp 5,5 juta).

Diakui oleh Eman, harga tersebut sedikit lebih mahal ketimbang merek sejenis di pasaran. Namun selisih tersebut masih wajar karena hasil penjualan laptop tersebut akan dipergunakan kembali untuk kegiatan praktikum di sekolahnya.

Kepada detikINET, Eman menunjukan daftar pemesanan. Secara nominal, pemesanan laptop sendiri telah mencapai Rp 396 juta. Kebanyakan yang memesan adalah dari kalangan sekolah dan pendidikan.

"Siswa kita ada 1.600 siswa. Belum lagi guru-gurunya serta orang tua muridnya," paparnya.

Kepala Sekolah SMK N 4, Endang Rukman di tempat yang sama juga menjelaskan bahwa kendala yang dialami oleh pihaknya adalah tidak adanya lembaga keuangan atau bank yang mau melirik potensi bisnis mereka.

Ditanya tentang dana yang diperoleh dari Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (PSMK) sebesar Rp 400 juta yang diberikan untuk program tersebut, Endang menjelaskan bahwa dana tersebut telah dipergunakan untuk membiayai perakitan tersebut.

"Semuanya dibelikan komponen untuk dirakit. Karena memang dari Direktorat PSMK tidak memperbolehkan dana tersebut dipergunakan untuk hal yang lain. Termasuk pembelian untuk kelengkapan praktikum seperti tools dan lain-lain. Kami ikuti peraturan itu," tegasnya.

Namun, kendala yang mereka hadapi adalah kebanyakan dari konsumen yang membeli laptop rakitan mereka dengan cara kredit. "Kendalanya adalah banyak yang beli ke kita dengan cara mencicil. Jadi perputaran uangnya terhambat. Kita tidak bisa beli komponen lagi," keluhnya.

BERITA KOMPAS