Jogja Antique

Saturday, January 16, 2010

Belajar Basket dan Pengembangan Olahraga di Perth, Australia (2)

Empat Ratus Lapangan Indoor Masih Belum Mencukupi

Perth hanya punya 1,5 juta penduduk. Di kota itu sudah ada 400 sampai 500 lapangan basket indoor. Ternyata, jumlah tersebut dinilai masih belum cukup. Berikut catatan AZRUL ANANDA, yang kini berada di Perth bersama tim All-Star DetEksi Basketball League Indonesia di dalamnya dua siswi SMA Kristen Eben Haezar Manado, Tyac Korah dan Cycilia Mandak.

PARTISIPASI olahraga di Australia luar biasa. Sebanyak 87 persen warganya terlibat dalam olahraga. Sisanya adalah bayi atau warga usia lanjut yang sudah sulit beraktivitas. Dengan tingginya tingkat partisipasi itu, tentu menuntut dua faktor lain untuk mengimbangi: infrastruktur dan organisasi.
Selama di Perth dalam seminggu terakhir, saya dan tim All-Star DetEksi Basketball League (DBL) Indonesia tak pernah mengeluh soal fasilitas latihan. Datang ke Perry Lakes Stadium, ada delapan lapangan indoor yang bisa dipakai. Datang ke Willetton Basketball Stadium, ada empat lapangan. Begitu juga di Joondelup Basketball Stadium.
Pokoknya, di sini lapangan, di sana lapangan, di mana-mana lapangan. Itu belum termasuk yang outdoor dan fasilitas untuk cabang olahraga lain seperti tenis, renang, hoki, dan lain-lain lagi.
Karena itu, latihan pun jadi lebih efektif. Tim putra dan tim putri All-Star DBL Indonesia bisa berlatih bersebelahan tanpa saling mengganggu. Dimulai bersamaan, berakhir bersamaan. Kalau berlatih bersama anak-anak dari SMA-SMA di Perth, tinggal pakai saja empat lapangan. Semua serbaefektif. Apalagi, selalu tersedia bola untuk semua anak. Satu anak pegang satu bola.
''Ada 400 sampai 500 lapangan basket indoor di Perth,'' kata Hallam Pereira, international project director Departemen Olahraga dan Rekreasi Western Australia (WA). Sebelumnya dia juga mengungkapkan bahwa ada 90 ribu kolam renang pribadi di kota tersebut. Segala fasilitas itu ternyata belum dianggap cukup. Glenn Dawson dari Basketball WA (Perbasi-nya WA) bilang, tidak cukupnya disebabkan hampir semua orang ingin memakai pada jam yang sama. ''Semua orang ingin memakai lapangan pukul 4 sore sampai 10 malam, setelah pulang kerja atau sekolah,'' ungkapnya.
Sekali lagi perlu diingatkan, luas negara bagian WA hampir sepertiga Australia. Tapi, penduduknya hanya sekitar 2 juta orang. Di antara jumlah itu, hanya 1,5 juta yang menetap di Perth. Sulit dipercaya 400-500 lapangan basket indoor tidak lagi mencukupi.
Selain dianggap tidak cukup, sejumlah lapangan basket di Perth dinilai sudah tidak memenuhi syarat. Perry Lakes Stadium, tempat tim All-Star DBL Indonesia bertanding tadi malam, misalnya. Kompleks itu (bukan sekadar basket, tapi luas untuk olahraga-olahraga lain termasuk sepak bola) dalam hitungan bulan bakal dibuldoser semua.
Didirikan sejak 1959 untuk penyelenggaraan Empire Games (sekarang Commonwealth Games), gedung tersebut dianggap tidak lagi layak. Saat ini, di tanah luas yang berdekatan, fasilitas pengganti mulai dibangun. Termasuk gedung basket baru yang juga berisi delapan lapangan.
''Tahun depan, kalau DBL kembali lagi ke Perth, gedung yang sekarang ini sudah tidak ada lagi. Sudah diratakan untuk dijadikan kompleks permukiman baru,'' kata Dawson.
Challenge Stadium, gedung basket berkapasitas 5.000 penonton yang sekarang dipakai Perth Wildcats (tim profesional Perth) bertanding, tidak lama lagi juga digusur. Sebagai pengganti, di pusat kota dibangun gedung berkapasitas 10 ribu penonton.
Empat pelatih tim All-Star DBL Indonesia yang datang dari Surabaya, Mojokerto, Pontianak, dan Makassar hanya bisa geleng-geleng kepala melihat segala fasilitas di Perth. Iseng, kami pun menghitung-hitung jumlah stadion indoor di Indonesia.
Surabaya, misalnya. Penduduknya hampir 3 juta. Dengan kota-kota terdekat di sekeliling, angkanya lebih dari 5 juta. Lapangan basket indoor yang ada mungkin masih dalam hitungan jari. Itu pun semuanya single court. Tidak ada yang punya dua court, apalagi sampai delapan.
Hallam Pereira mengungkapkan, negara-negara di Asia biasanya agak salah kaprah soal membangun fasilitas olahraga. Rata-rata membangun yang besar-besar, dengan fasilitas penonton sebanyak mungkin. Padahal, tribun belum tentu penuh.
Akan jauh lebih efektif seandainya uang itu dipakai untuk membangun gedung yang ukurannya tidak berlebihan, namun dilengkapi sejumlah fasilitas tambahan. Misalnya, lapangan-lapangan ekstra indoor. Toh, akan lebih banyak dipakai untuk latihan daripada pertandingan.
Catatan tambahan: Perth dan WA memang sedang makmur-makmurnya. Industri pertambangan mereka (khususnya bijih besi) sedang naik daun berkat pertumbuhan pesat Tiongkok dan India. Meski punya penduduk hanya sepuluh persen Australia, WA menyumbangkan 40 persen ekonomi untuk Negeri Kanguru.
***
Banyak partisipan olahraga, banyak fasilitas olahraga, tidak berarti organisasinya juga besar. Basketball WA, yang memayungi segala kegiatan basket di WA, hanya terdiri atas delapan orang! Termasuk CEO Rick Smith. Kantornya pun sangat sederhana di kompleks Perry Lakes Stadium. Soal kompetisi, mulai atas sampai bawah juga terstruktur begitu sederhana.
Liga basket terbesar di Australia adalah National Basketball League (NBL). Total punya sepuluh tim, tersebar di berbagai penjuru benua. Untuk perempuan, liga tertinggi di Australia adalah WNBL. Sama dengan NBL, total timnya sepuluh.
Namun, Glenn Dawson bilang WNBL tidak bisa disebut profesional. ''Lebih pantas dibilang sebagai semiprofesional, karena belum tentu menjadi pekerjaan utama para pemain. Ada yang masih pelajar dan lain sebagainya,'' jelasnya.
Dia menerangkan, Basketball WA tidak mengelola NBL. Itu adalah organisasi terpisah. Mereka juga tidak mengelola WNBL. Untuk liga perempuan itu, tugas Basketball WA adalah membina tim lokalnya, Perth Lynx.
Basketball WA baru mengelola liga-liga lain di bawahnya. Secara keseluruhan, Basketball WA membawahkan sekitar 12 asosiasi atau organisasi basket di kawasan metropolitan Perth. Plus 40 lainnya di kawasan lain WA yang begitu luas. Tidak ada pengurus cabang kota, pengurus cabang kabupaten, atau lain-lain. Langsung dari Basketball WA ke asosiasi (bisa klub, perkumpulan warga sewilayah, atau lain-lain).
Liga tertinggi yang dikelola Basketball WA adalah State Basketball League (SBL). Berarti, inilah liga tertinggi di bawah NBL. Mengapa bernama ''State''? Sebab, yang dikejar adalah juara negara bagian, tidak ada juara nasional. Ada total enam SBL di Australia, karena ada enam negara bagian.
Di bawah Basketball WA, ada 16 tim yang terjun di SBL. ''Tidak semua asosiasi ikut karena wilayah WA yang begitu luas, sehingga biayanya terlalu mahal untuk sejumlah asosiasi,'' jelas Dawson.
Soal biaya itu pula yang membuat SBL tidak memiliki juara nasional. Pada dasarnya, lebih baik biaya tersebut digunakan mengembangkan kompetisi di wilayah masing-masing.
Timing kompetisi pun diatur supaya SBL bisa beriringan dengan NBL. Bila NBL bermain saat musim panas (yang di Australia jatuh pada akhir hingga awal tahun), SBL diselenggarakan pada musim dingin (pertengahan tahun). ''Terkadang, pemain NBL yang masih muda bisa menambah pengalaman dengan terjun lagi di SBL,'' ungkap Dawson.
Untuk junior, ada kompetisi Western Australia Basketball League (WABL, sering disebut singkat ''Wabel''). Pembagian usianya seperti di kebanyakan negara lain. Ada U-23, 20, 18, 16, 14, dan 12. Sebagai pendamping, ada lagi U-19, 17, 15, dan 13 untuk terus menambah jam terbang para pemain muda.
Kompetisi regional berlangsung setiap Mei sampai Oktober. Kemudian, mencari juara State (negara bagian) pada Oktober sampai Desember.
WABL ini sebenarnya tidak mencari juara nasional. Tapi, untuk U-20, 18, dan 16, akan dicari tim pilihan (semacam All-Star). Saat libur sekolah, mereka pergi ke kejuaraan nasional yang pindah-pindah. ''Hanya seperti karnaval seminggu,'' ucap Dawson.
***
Di Australia, pengembangan olahraga memang lewat jalur ''tradisional'' seperti kebanyakan negara di dunia: Pakai jalur klub. Berbeda ekstrem dengan di AS, yang menganut jalur sekolah.
Lalu, bagaimana dengan kompetisi antarsekolah? Mengapa masih harus ada? Di Perth, kedua jalur itu pun ditata untuk saling mendampingi, saling membantu. (bersambung)

BERITA KOMPAS