Jogja Antique

Wednesday, June 15, 2011

Buat Mamah dan Adika . . .

Ibuku berkata bahwa setiap anak akan mempunyai rezeki sendiri - sendiri. Hal yang selalu ku ingat karena kemudian ibuku mendesakku untuk mengikuti tes masuk kerja yang di ikuti ribuan orang dan akhirnya lolos menjadi pekerjaan dan profesiku saat ini. Tak lama kemudia anakku lahir, pas banget kata mamah ...
Aku selalu bilang kata mamah, karena hari ini aku pengen mengenangnya. Kurang lebih 1 tahun lalu beliau meninggal, dan aku telah merawatnya kurang lebih 3 tahun dalam sakitnya. Banyak kenangan yang selalu dan selalu menjadi bagian penting dari hidupku. Dalam sakitnya, dalam kesakitannya mamah tidak pernah menyerah sedetikpun, aku mau sembuh, aku mau nemeni anak-anakku katanya.
Itulah semangat yang membuat semangat di dadaku pantang surut, dalam segala hal beliau selalu menyemangati total untuk anak-anaknya dan tak lupa selalu mendoakannya. Dan bila dalam percobaan, lobma atau pertandingan anaknya mengalami kekalahan, beliau selalu menghiburku dengan kata-kata yang menyejukkan.
Pernah suatu ketika aku di sekolah gagal rangking 1, kalahnya selalu dengan orang yang sama. Aku cerita ke mamah bahwa kekalahanku bukan karena aku kalah, tapi karena murid itu dekat dengan guru-guru. Mamah bilang." kamu tidak perlu menyalahkan sapa-sapa, terus berusaha, terima kekalahanmu dengan hati yang bening, yang bersih." begitu katanya. Lalu adikku yang paling kecil lahir dan lalu pula ibu menyuruhku membuat nama dan menerima kekalahan dengan hati yang bening itu menjadi nama adikku. Ningtyas...
Hari ini anakmu akan memenuhi apa yang engkau inginkan... hari ini anakmu akan berangkat memenuhi apa yang mamah inginkan... Anakmu tak kan pernah lupa pesanmu, anakmu tak akan pernah membuatmu malu, anakmu akan selalu menjunjung tinggi kehormatanmu... Semoga mamah tenang di Surga. Amien

BERITA KOMPAS