Jogja Antique

Saturday, July 19, 2008

Pornografi dan Media Cetak

Beberapa waktu lalu saat aku menunggu adik berbelanja di pasar sambil nongkrong diatas motor membaca sebuah koran harian lokal disuatu daerah. seperti biasa sambil melihat-lihat halaman koran, aku berpikir bagaimana cara koran ini bertahan hidup ditengah persaingan yang begitu ketat, terbukti sudah banyak majalah dan juga koran yang gulung tikar. Bahasanya sederhana, agak vulgar dan mungkin segmen pasarnya berpendidikan sedang atau pas-pasan.

Betapa kagetnya aku ketika disalah satu kolom kecil ada sebuah judul yang agak panas, dan ketika kubaca isinya lebih kaget lagi karena tata bahasa dan pilihan kalimatnya sangat kental dengan aroma cerita pornografi. Pilihan katanya benar-benar mirip cerita stensilan di era 80an. Mungkinkan ini yang bisa membuat koran tersebut bertahan? mungkin iya, mungkin tidak. Yang jelas ditengah maraknya kontroversi UU IT yang salah satunya mengupas pornografi, masih ada media yang mudah diakses oleh publik termasuk remaja dan anak-anak.

Tulisan ini tidak bermaksud memojokkan salah satu media tertentu, toh tidak menyebutkan nama, baik nama medianya maupun daerahnya. Kebetulan walau aku membacanya dilolasi pasar, koran lokal tersebut bukan diterbitkan di daerahku karena aku hanya membaca koran bekas terbitan beberapa minggu sebelumnya bekas bungkus barang. Semoga ada manfaatnya

BERITA KOMPAS