Jogja Antique

Wednesday, July 9, 2008

CINTA DAN PERKAWINAN

Plato adalah murid Socrates yang terbaik. Idenya
tentang dunia ideal membuat sebagian sejarawan
berpendapat bahwa ada kemungkinan ia sudah
berkenalan/mengenal dengan agama tauhid sebelum atau
semasa ia menyusun alur filosofi-nya. Salah seorang
muridnya yang terkenal adalah Aristoteles.
Tentang arti cinta :
Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu
cinta, Guru? Bagaimana saya bisa menemukannya?
Gurunya menjawab :
"Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah
kamu ke sana dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian
ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan
ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya
kamu telah menemukan cinta".
Plato pun berjalan, dan tidak berapa lama, dia kembali
dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun
ranting?"
Plato menjawab, "Saya hanya boleh membawa satu ranting
saja, dan saat berjalan pun tidak boleh mundur kembali
(berbalik). Sebenarnya saya telah menemukan yang
paling menakjubkan, tapi saya tak tahu apakah ada
ranting yang lebih menakjubkan lagi di depan sana,
jadi saya tak mengambil ranting tersebut. Saat saya
melanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru saya sadari
bahwa ternyata ranting-ranting yang saya temukan
kemudian tidak sebagus ranting yang tadi, jadi tak
saya ambil sebatangpun pada akhirnya"
Gurunya kemudian menjawab " Jadi itulah cinta"

Tentang Perkawinan :
Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya,
"Apa itu perkawinan?
Bagaimana saya bisa menemukannya?"
Gurunya pun menjawab:
"Ada hutan yang sangat lebat didepan sana. Berjalanlah
tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya
boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika
kamu menemukan pohon yang paling tinggi, artinya kamu
telah menemukan apa itu perkawinan"
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia
kembali dengan membawa sebatang pohon. Pohon tersebut
bukanlah pohon yang segar/ subur, dan tidak juga
terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang
seperti itu?"
Plato pun menjawab, "Sebab berdasarkan pengalaman saya
sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan,
ternyata saya kembali dengan tangan kosong. Jadi di
kesempatan pertama saya lihat pohon ini, dan saya rasa
tidaklah jelek-jelek amat, jadi saya putuskan untuk
menebangnya dan membawanya kesini. Saya tidak mau
menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"
Gurunyapun kemudian menjawab, "Dan ya. Itulah
perkawinan"

A little note:
Cinta itu semakin dicari, hasilnya semakin tidak
ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, di saat
dapat menahan keinginan dan harapan yang berlebih.
Ketika muncul pengharapan dan keinginan yang berlebih
akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... dan
tiada sesuatu pun yang didapat.
Dan kesedihan lainnya waktu dan kesempatan tidak dapat
diputar kembali. Kita harus melangkah ke depan..tidak
bisa berbalik ke belakang. Tidak ada kesempatan lagi.
Tapi apabila apa yang kamu lihat dikemudian hari hanya
keindahan diantara sekian banyak keindahan namun
semuanya itu tidak dapat kamu sepadankan dengan
hatimu, maka pilihlah sesuatu yang memang telah
sebelumnya ada dalam hatimu karena sesuatu yang indah
dilihat mata, belum tentu indah apabila diresapi
dengan hati. Kesalahan kadang menjadi batu sandungan
untuk menggenggam cinta tapi bila kata sesal dan maaf
bisa dipertahankan maka cinta akan selalu ada.
So, Terimalah cinta apa adanya. Jangan melihat bunga
di kebun tetangga kalau bunga-bunga di kebunmu sendiri
tidak pernah kamu sirami.
Temukan cinta dan nikmati cinta yang ada disekitar kita!
dikirim oleh Catharina Risa

BERITA KOMPAS