Ditulis Oleh Wiyanto, S.Pd
05-05-2010,
05-05-2010,
Bila anda pernah berkunjung atau pernah merasakan kuliah di Universitas Negeri Semarang (Unnes), maka ketika anda sekarang datang lagi pasti akan terperangah dengan keadaannya yang benar-benar hijau royo-royo. Suasana yang dulu gersang kini berubah menjadi suasana yang sejuk, rindang, dan mengasyikkan. Selain itu, Unnes sekarang juga memiliki dua embung resapan air hujan yang luas yang bisa digunakan sebagai tempat istirahat untuk menghilangkan kepenatan pikiran kita.
Universitas Negeri Semarang (Unnes) sekarang benar-benar hijau dan tidak salah disebut sebagai Universitas Konservasi, bahkan yang pertama di Indonesia. Sebutan Universitas Konservasi lebih lengkap setelah pada tanggal 12 Maret 2010 dilakukan Pengukuhan Unnes sebagai Universitas Konservasi oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. DR. Ir. Moh. Nuh.
Perjuangan menjadi sebuah Universitas konservasi sudah dimulai sejak tahun 2005, dan bukan hasil yang sia-sia sebab sekarang Unnes sudah lebih layak untuk menjadi contoh dan referensi kawasan konservasi di Kota Semarang. Secara geografis, Unnes terletak di daerah pegunungan dengan topografi yang beragam dan memiliki tingkat keanekaragaman hayati (biodiversity) baik flora maupun fauna yang relatif tinggi.
Lingkungan Sekitar Unnes Juga Perlu di KonservasiPada tahun 1991 orang tidak akan menyangka kalau keberadaan Universitas penghasil guru ini akan lain seperti ini. Dulu kondisi Sekaran yang sekarang ditempati Unnes adalah kawasan yang tidak ada apa-apanya, tandus, kering bahkan orang tidak akan pernah mendengar nama Sekaran. Namun, keberadaannya 20 tahun kemudian berubah. Sekaran menjadi salah satu desa yang berubah menjadi kota atau kalau mau dibilang “Kota di Pegunungan”.
Lihat saja, di sepanjang jalan Taman Siswa (dulu Cuma jalan Sekaran-Banaran) sudah banyak berdiri tempat-tempat usaha yang begitu menggiurkan bagi para pemilik modal. Mereka berlomba-lomba menarik keuntungan dengan berdagang dengan kelebihan masing-masing. Dimulai dari usaha warung-warung makan yang menyediakan sarana konsumsi mahasiswa, toko kelontong, toko elektronik, Toko Pulsa, Toko Komputer, salon, Warnet, Arena Playstation, Fotocopy, dan lain sebagainya semuanya ada di sini. Sehingga, mahasiswa ataupun warga masyarakat Sekaran tidak perlu lagi berbelanja jauh-jauh seperti 15–20 tahun yang lalu.
Namun, pantas disayangkan sebab lingkungan di dalam kampus begitu rindang dan tertata rapi berlawanan keadaanya dengan keadaan lingkungan sekitarnya, khususnya di daerah Sekaran atau Banaran yang banyak dijadikan tempat kos mahasiswa maupun sebagai tempat usaha warga masyarakat setempat.
Masyarakat sekitar sepertinya tidak mau direpotkan dan mereka sepertinya acuh dengan keadaan yang dengan keadaan ini. Berjubelnya kos-kosan yang ada dan usaha-usaha masyarakat yang dibangun benar-benar jauh dari nilai-nilai konservasi yang dilakukan oleh pihak Unnes. Sebagai contoh dari kondisi ini adalah minimnya kesadaran konservasi masyarakat baik mahasiswa, pedagang, maupun masyarakat setempat dalam mengatur dan menata lingkungan mereka. Sampah, adalah salah satunya.
Tidak banyak yang peduli dengan keberadaan masalah yang satu ini. Sehingga tidak jarang, jalan yang tadinya bersih enak untuk dilalui menjadi luapan sampah yang muncul dari gorong-gorong yang tidak diatur dengan baik oleh masyarakat.
Memang permasalahan ini bukan sepenuhnya menjadi tugas Unnes sebagai Universitas yang berdiri ditengah-tengahnya namun menilik dari program dan jargon Universitas Konservasi yang dimiliki Unnes sudah selayaknya masalah ini menjadi salah satu program utama disamping program-program konservasi yang dilakukan di dalam kampus. Unnes juga harus bisa melakukan konservasi terhadap lingkungan sekitarnya.Akan lebih indah dan akan lebih mengena jargon yang dimiliki oleh Unnes, tidak hanya dimiliki oleh pihak Unnes saja akan tetapi juga dimiliki oleh masyarakat sekitarnya.
Sebab, keberhasilan dari program Unnes Konservasi juga akan berdampak pada lingkungan masyarakatnya. Pihak Unnes harus mampu merangkul masyarakat (baik penduduk lokal, pendatang atau lain sebagainya) untuk mensukseskan program besar ini sehingga nanti benar-benar dapat dicontoh oleh Universitas-universitas lain di Indonesia dan masyarakat luas pada umumnya. Bisa menjadikan wilayah Sekaran dan sekitarnya sebagai model Konservasi yang benar-benar mengena bagi semua lapisan khususnya alam itu sendiri.
sumber : http://citizennews.suaramerdeka.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1210