Pagi ini aku membaca sebuah feature yang menarik, tentang kebahagian seorang istri yang suaminya terpilih menjadi Ketua Umum sebuah Partai Politik. Kutipan ini tidak berarti saya merupakan simpatisan atau anggota dari parpol tersebut, namun hanya mengambil sebagai teladan tentang dukungan seorang istri terhadap suaminya.
" Angka dalam Tatapan Athiyyah Anas "
TEMPO Interaktif, Bandung - Air mata Athiyyah mengucur deras. Saat itu papan putih penghitungan suara pemilihan Ketua Umum Demokrat mencapai jumlah 265 suara untuk Anas Urbaningrum. Itulah angka kemenangan untuk Anas, yang unggul dalam putaran kedua pemilihan Ketua Umum dalam Kongres Partai Demokrat Ahad malam 23 Mei. Angka itu yang mengantar Anas menjadi ketua umum partai berlambang segitiga itu.
Perempuan berjilbab dengan kacamata model bingkai mata kucing duduk di baris dua belas ruang besar pelaksaan ongres di Sport Center Hotel Masion Pine, Padalarang Bandung. Sejak Angka Anas mendekati 250, Athiyyah yang semula sibuk mengirim pesan blackberry dan telepon ini seperti lunglai. Ia lemah dalam kebahagiaan sang suami yang terus memimpin perolehan suara meninggalkan Marzuki Alie. Athiyyah memeluk sahabatnya sesama perempan berjilbab yang terus mendampingi dia selama pemilihan.
Pekik sorak “Anas Anas Anas...” membuat ibu empat anak ini tenggelam. Ia terus menangis dan tenggelam dalam pelukan bersama tiga perempuan lain yang menghampirinya. Ucapan selamat dan kecupan pipi untuk kemenangan suaminya terus mengalir. Athiyyah tiba-tiba berdiri. Ia ingin menghampiri suaminya, Anas, yang duduk di deretan paling depan.
Di depan panggung sidang, Anas menjadi rebutan pendukung, kameramen dan fotografer yang ingin mengabadikan kejayaan Anas. Tapi, sejumlah orang melarang. “Jangan bu, nanti saja,” kata sejumlah orang. “Di depan masih gaduh,” kata yang lain. Perempuan trah keluarga Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta ini manut.
Perburuan suara yang ketat antara Anas dengan Marzuki membuat Athiyyah berkali-kali beringsut dari duduknya. Apalagi, sejak memulai dengan angka seri pada hitungan pertama dan kedua, Anas terus tertinggal dengan kisaran sepuluh angka di belakang Marzuki Anas baru bisa mengejar ketertinggalan ketika Marzuki berhenti di hitungan 118. Pada angka ini, Athiyah yang semula tampak kurang bersemangat, berubah jadi sumringah. Senyumnya mulai berkembang.
Dari angka ini Anas menyapil Marzuki. Tapi, pada angka 120, Marzuki mengejar kembali sehingga sama. Angka sama kembali di 122 dan 124. Dag dig dug hati Athiyyah tambah kerap. Perburuan angka leher bertarung leher ini tak kuasa menahan mulutnya terkomat-kamit. Ia merapal doa untuk kemenangan suaminya.
Setelah angka 124, Anas terus berada di depan. Suara-suara seru bergemuruh “ya..ya..” membahana di ruang sidang saat panitia membacakan nama angka satu. Angka itu milik Anas. Tentu, saat nama Marzuki yang menggunakan angka tiga pada putaran kedua, sama dengan putaran pertama, pendukungnya juga bertepuk tangan dan berteriak kemenangan. Tapi, riuhnya kalah dibanding pendukung Anas.
Pada putaran pertama pemilihan, yang masih mengikutkan Andi Mallarangeng, Athiyyah duduk di bangku wartawan. Sepanjang perhitungan, dia tampak tegang pula. Untuk membunuh kegalauan, Athiyyah kerap mengaktifkan blackberry-nya. Kegembiraan Athiyyah terjadi saat EE Mangindaan yang memimpin sidang menyatakan pada putaran pertama Anas dapat 236 suara atau 45 persen, Andi Mallarangeng 82 suara atau 16 persen dan Marzuki Alie 209 suara atau 39 persen.
Pada putaran kedua, Anas memenangkan kursi ketua umum dengan 280 atau 53 persen suara. Marzuki Alie pesaingnya dapat 248 atau 47 persen. Anas mendapatkan tambahan 44 limpahan suara pendukung Andi Mallarangeng. Sedang Marzuki dapat limpahan 39 suara. Kemenangan Anas itu pun bersambut dengan mars Partai Demokrat yang dinyanyikan seluruh peserta kongres dengan penuh semangat.
SUNUDYANTORO