Pukul 2 dinihari aku meluncur ke rumah sakit. Jejakan Kaki Anakku pada rahim ibunya semakin keras, seakan sudah tidak sabar ingin segera melihat dunia. Dengan mengendarai motor andalan transportasiku, akhirnya sampai juga di tempat persalinan. Namun kata bidan yang meriksa, istriku belum mau melahirkan, hanya kecapekan saja.
Dalam kepanikan, taksi yang berhenti dilampu merah itu kudekati dan kuajak ke rumah. Segera istriku masuk ke dalamnya dan aku mengikuti di belakang. Taksi itu berjalan begitu cepat, ada beberapa lampu merah yang dilewati tidak digubris, taksi tetap melaju kencang. Speedometer motorku menunjukkan angka 80 km/jam. Edan... taksi itu benar2 ngebut di tengah kota jogja.
Proses pendaftaran begitu cepat, pak sopir taksi membantu membawa barang-barang istriku masuk UGD...
Tak lama setelah itu, sopir taksi itu keluar, dan aku segera menyusul untuk membayar ongkos taksi. Namun betapa kaget karena kulihat taksi sudah memutar ke arah luar parkiran, segera kukejarlah taksi itu di depan jalan raya. Namun Pak Sopir Taksi itu hanya membuka jendela kaca pintu depan, lalu mengacungkan jempolnya. ALIAS TIDAK MAU DIBAYAR.
Banyak spekulasi dan prediksi yang diajukan oleh keluarga dan teman-teman, tentang larinya sopir taksi setelah mengantar ke rumah sakit... lanjut di bag 2..