http://www.campinggearsolutions.com
Pada tahun 2002, ekowisata sebagai sebuah wisata alternatif sungguh populer, Pembukaan tempat wisata alam baru yang diklaim sebagai salah satu bentuk ekowisata hampir setiap hari terdengar, mulai dari peresmian desa wisata, wisata di sawah, sampai peresmian Merapi dan Merbabu sebagai Taman Nasional Gunung Merapi Merbabu yang menjadi polemik berkepanjangan sungguh terdengar setiap hari.
Diskusi, seminar, workshop ekowisata bahkan juga Gladian Nasional Pecinta Alam pada tahun itu yang berlangsung di Jawa Timur juga menyertakan ekowisata sebagai salah satu materinya.
Namun saat ini hampir tidak terdengar orang membicarakan ekowisata, apalagi seminar atau workshop. Entah karena tidak tren lagi untuk dibicarakan atau sebenarnya banyak tempat wisata baru yang menyajikan kemasan ekowisata namun tidak di ekspose oleh media karena tidak laku untuk konsumsi pers.
Kegelisahan yang timbul adalah, apakah ekowisata sebagai model penyelamatan lingkungan tidak mampu membangkitkan semangat cinta alam kepada peminatnya? Logikanya, bila peserta wisata kembali dari obyek wisata mempunyai cukup pengetahuan tentang pentingnya menyelamatkan alam, minimal apa yang sudah dilihat, dirasakan, dicoba melakukan maka sepulangnya dari ber-ekowisata akan timbul rasa senang, cinta, dan ikut memilikinya. Dan pada akhirnya akan terjadi multiplier efek, bukan hanya yang pernah dilihat, dicoba dan dilakukan pada obyek tertentu saja, namun juga akan menimbulkan semacam rasa ikut memiliki dan bertanggung jawab atas alam sekitar kita.
Pada akhirnya, doa yang selalu terlontar adalah, semoga ekowisata tidak pernah mati, karena sebagai model kampanye menyelamatkan lingkungan yang melibatkan langsung para wisatawan, lebih memungkinkan memberi pengaruh kepada lebih banyak orang dibandingkan dengan kampanye lingkungan yang lebih serius.
Semoga ada manfaatnya.
salam
Diskusi, seminar, workshop ekowisata bahkan juga Gladian Nasional Pecinta Alam pada tahun itu yang berlangsung di Jawa Timur juga menyertakan ekowisata sebagai salah satu materinya.
Namun saat ini hampir tidak terdengar orang membicarakan ekowisata, apalagi seminar atau workshop. Entah karena tidak tren lagi untuk dibicarakan atau sebenarnya banyak tempat wisata baru yang menyajikan kemasan ekowisata namun tidak di ekspose oleh media karena tidak laku untuk konsumsi pers.
Kegelisahan yang timbul adalah, apakah ekowisata sebagai model penyelamatan lingkungan tidak mampu membangkitkan semangat cinta alam kepada peminatnya? Logikanya, bila peserta wisata kembali dari obyek wisata mempunyai cukup pengetahuan tentang pentingnya menyelamatkan alam, minimal apa yang sudah dilihat, dirasakan, dicoba melakukan maka sepulangnya dari ber-ekowisata akan timbul rasa senang, cinta, dan ikut memilikinya. Dan pada akhirnya akan terjadi multiplier efek, bukan hanya yang pernah dilihat, dicoba dan dilakukan pada obyek tertentu saja, namun juga akan menimbulkan semacam rasa ikut memiliki dan bertanggung jawab atas alam sekitar kita.
Pada akhirnya, doa yang selalu terlontar adalah, semoga ekowisata tidak pernah mati, karena sebagai model kampanye menyelamatkan lingkungan yang melibatkan langsung para wisatawan, lebih memungkinkan memberi pengaruh kepada lebih banyak orang dibandingkan dengan kampanye lingkungan yang lebih serius.
Semoga ada manfaatnya.
salam