"Gadis berkaos putih itu tiba-tiba menghilang di balik jurang, aku tak sempat melihat bayangannya berkelebat. Semua begitu cepat, aku sangat menyesal kenapa meninggalkannya di tepi jurang itu..."
Sampai kemudian kusadari Debur Ombak Pantai Siung seakan menertawakan kebodohanku yang tidak bisa menjaga gadis itu. Penyesalan yang tiada berguna. Aku masih ingat semalam kami duduk di depan parkiran mbah wasto sambil ngobrol berdua. Ya hanya berdua.
Hujan deras yang mengguyur semalaman pun tak kami hiraukan, bercengkrama ngalor ngidul dengan gadis itu. Keluh kesah, canda tawa dan kerinduan akan kembali ke alam membuat tak terasa pagi sudah menjelang. Namun suara kami tak juga terputus, terus mengalir serasa tak akan pernah habis. Seakan mengutarakan kisah yang tiada ujung
Gak jelas juga, mana ujung dan mana pangkal dan gak jelas juga sebenarnya obrolan ini antara siapa dengan siapa. Teman, sahabat, saudara atau pacar? Semalam sudah di diskusikan dan kami sepakati bahwa status menjadi tidak penting. apalagi setelah melewatkan semalam di hutan hari yang lalu. Tidak terjadi apa-apa dan semua baik-baik saja.
Namun pagi di tepi jurang pagi ini, menyadarkanku bahwa kami tidak baik-baik saja, Ada masalah yang di pendam gadis berkaos putih itu. Semakin siang, makin panas dan aku memutuskan untuk terus mencari hilangnya gadis itu. Jujur aku sangat kawatir, dia terjatuh ke dalam jurang di tepi laut ataukah hilang dibawa orang jahat, atau dia tersesat karena di kejar kera ekor panjang?
Aku belum bisa menemukannya....
supported by www.tebingsiung.tk
supported by www.tebingsiung.tk