" Lari Lari ... tiap hari ... badan sehat ... terus lari ..." begitulah setiap jam 5 pagi. Suasana olahraga pagi di Lembah Bukit Tidar, Sebuah tempat yang indah sebagai kawah candra dimuka di Kota Magelang. Kenangan indah, penuh cucuran keringat dan air mata."
Bermula dari ketidakmampuan finansial orang tua untuk sekolah di SMU berbayar yang layak, aku menerima tantangan untuk bersaing memasuki sebuah SMU Gratis, semi militer dengan disiplin ketat dengan tuntutan sehat jasmani, rohani, sekaligus harus mumpuni dalam akademik serta berkepribadian baik. Cukup sulit bagiku bersaing dengan anak smp dari kota besar. Kalah pengalaman, kalah mental dan juga kalah dalam penguasaan akademik. Artinya aku harus mampu unggul dalal bidang fisik dan kreatifitas. Karena tesnya memang meliputi semua aspek dengan sistem gugur.
Masih teringat aku tes terberat di Kota Semarang, bersaing dengan ribuan peserta dari seluruh jawa tengah. Aku harus menginap 5 hari di Semarang (kayak pertempuran 5 hari di semarang ya :), sendirian bergabung dengan para pesaing dari kabupaten/ Kota lain. Niat dan tekad dan mantap. Pilihannya hanya Lolos tes aku bisa sekolah atau aku pulang ke rumah dengan kepala tunduk. Sebuah pilihan yang hanya satu, dan tidak ada pilihan lain.
Bagaimana aku bisa sekolah smu saat itu, makan saja belum tentu 3 kali sehari, di smp sering kehabisan buku tulis, di rumah gak ada tivi, bahkan radio pun klo mau dengerin berita harus ke tetangga. Sebuah kemiskinan yang membentuk karakterku dan mempengaruhi pandangan - pandanganku. Jadi aku memilih " PULANG DENGAN KEPALA TEGAK ATAU AKU MATI DI SEMARANG" kedengarannya ekstrem, memang ekstrem karena aku tidak diberi pilihan.(bersambung)