SEMARANG, KOMPAS.com — Semarang Night Carnival yang berlangsung Sabtu (30/4/2011) malam dengan rute dari Jalan Pemuda hingga Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Jawa Tengah, berlangsung meriah.
Warga Kota Semarang menyaksikan karnaval yang diikuti sekitar 1.500 peserta, di sepanjang jalan protokol, yakni dari Jalan Pemuda, kawasan Tugu Muda, Jalan Pandanaran, kawasan Simpanglima, dan di Jalan Pahlawan yang merupakan akhir rute karnaval.
Peserta karnaval yang melibatkan pelajar dari tingkat sekolah dasar (SD), SMP, SMA, dan sanggar seni tersebut menampilkan busana hasil karya dan dana dari setiap peserta.
Karnaval dibuka rombongan drumband diikuti peserta tamu dari Solo Batik Carnival, rombongan anak-anak yang mengenakan busana putra-putri Jawa dengan tema "Warak Ngendok dan Laksamana Cheng Ho", rombongan dengan busana bertema flora, dan rombongan dengan busana bertema fauna.
Tidak hanya rombongan dengan busana yang meriah dan menarik, karnaval juga menghadirkan nuansa perpaduan etnis Jawa, China, dan Arab. Di antara rombongan ada Warak Ngendok dan replika Kapal Cheng Ho. Terdapat juga rombongan alat musik perkusi dan rebana.
"Ini adalah ajang kreativitas anak-anak SD, SMP, SMA, dan sanggar seni di Kota Semarang," kata Wali Kota Semarang Soemarmo sesaat sebelum memberangkatkan peserta karnaval dengan menekan sirene.
Dalam kesempatan sama, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Bayi Priyono, mengatakan, acara karnaval malam hari ini merupakan kegiatan pertama kali yang digelar di Indonesia. "Kami berharap ini menjadi acara rutin setiap tahun di Kota Semarang," kata Bayi Priyono.
Begitu tiba di Jalan Pahlawan, rombongan disambut oleh Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo beserta jajarannya dan Soemarmo yang sudah ada di tribun. Di hadapan Gubenur Jateng dan Wali Kota Semarang, setiap rombongan melakukan atraksi sekitar satu menit.
Akan tetapi, baru separuh rombongan yang beratraksi dengan berbagai gerakan koreografi masing-masing, Semarang diguyur hujan. Akibatnya, sebagian penonton yang sebelumnya antusias menyaksikan karnaval melarikan diri mencari tempat berteduh. Untuk mengembalikan antusias masyarakat, acara karnaval disuguhi pesta kembang api.