Sampai dengan minggu malam, aku masih berusaha untuk membantu para pengungsi, sehingga yang kadang-kadang pulang ke semarang minggu malam, kupastikan senin pagi. Sehingga malam senin itu aku menginap di Jogja yang biasanya tenang dan nyaman. Namun sungguh tidak ku duga, malam senin itu begitu dingin. Aku yang biasanya tidur makai kaos tanpa jaket maupun selimut, malam senin itu terpaksa mencari selimut. Hawa di dalam dan di luar rumah sangat sangat dingin.
Sekitar pukul 23.00 ada berita gempa yang berpusat di daerah wonosari. Dalam hening malam, suasana menjadi agak mencekam. Ditambah suara gemuruh merapi berulang kali terdengar. Padahal jarak dari puncak merapi sd tempat aku tidur lebih dari 70 km. Sungguh malam yang tidak tenang untuk istirahat.
Aku memutuskan untuk bangun sebentar dan berdoa, semoga semua aman dan baik. Lalu aku berusaha tidur lagi agar paginya dalam perjalanan ke semarang tidak ngantuk. Namun yang terjadi setiap menit terbangun dan mendengar suara gemuruh itu. Aku tidak tau persis apakah suara itu benar atau hanya pendengaranku saja. Aku tanya orang rumah, mereka juga mendengar bunyi yang sama, namun belum "ngeh" apakah itu suara gemuruh merapi atau suara yang lain.
Waktu masih sering ke puncak merapi, aku sangat akrab dengan suara gemuruh itu. Karena setiap kali ada memuntahkan lava pijar dari kepundan, bunyi gemuruh itu akan terdengar. Bahkan dalam kondisi normalpun klo kita berada disekitar puncak Turgo, akan bisa mendengarkan suara gemuruh itu setiap kali lava pijar keluar dari kepundan. Tentu suara yang terdengar di area puncak dan Turgo intensitas dan frekwensinya menjadi berbeda ketika merapi meletus.
Untuk itu untuk teman-teman semua, masyarakat dan juga semua yang berada di Jogja. Mari kita tetap tenang, tingkatkan kewaspadaan, dan ikuti berita merapi dari media maupun para petugas di lapangan. Tidak perlu panik dan yang penting TETAP SEMANGAT!!!!