Beberapa minggu lalu, sepulang kerja banku kempes di perjalanan. Hari sudah gelap, kios tambal ban sudah pada tutup. Hingga aku kebingungan harus bagaimana? Sekonyong-konyong di pinggir jalan ada anak berumur 14 atau 15an tahun sedang mencuci motor. Dalam pikiranku dia makai kompresor sehingga berpeluang bisa nambal ban motorku.
Aku berhenti lalu kutanyakan padanya, apakah menerima tambal ban atau tidak. Dia bilang oke, mau ditambal. Agak lama aku menunggu di emperan toko yang sudah tutup, anak muda ini keluar membawa ban bekas, gergaji kecil, obeng dan pompa tangan. Aku kaget, ada kompresor kok bawa pompa tangan?
Setelah ku amati, ternyata yang dipakai buat nyuci motor tadi bukan kompresor, namun selang berwarna oranye untuk mengalirkan air dari belakang rumah ke ember yang dipakai tampungan air buat nyuci... Setelah beberapa lama aku perhatikan, anak ini menambal banku dengan lambat. Dan menurutku agak ceroboh karena ada beberapa prosedur yang tidak dijalani, misalnya ban dalam setelah dipompa di masukkan dalam air agar keliatan bocornya dibagian mana saja. Dia hanya di pompa terus di raba-raba dan ketemulah bagian yang bocor. Dan ternyata dugaanku salah, setelah selesai menambal, anak ini kembali memompa ban dan barulah dimasukkan dalam bak berisi air, dan ternyata bocornya memang lebih dari satu....
Dari cerita ini aku hanya ingin memberikan penekanan :
1. Anak muda ini ternyata pemasar tulen, ada peluang bisnis walaupun sudah malam, disambarnya juga.
2. Anak muda ini ternyata juga tulus, artinya mengerjakan penambalan tadi dengan hati-hati dan berulang ulang sampai semua yang bocor tertambal tanpa rasa buru buru.
3. Saat dia minta bayaran, ternyata juga tidak minta naik 2 kali atau 3 kali lipat, tetapi normal-normal saja.
Anak Yang Istimewa....
salam