Kepindahan tugas ke semarang membawa banyak perubahan. Hidup kos lagi, makan di warung lagi, nyuci di laundry dan lain-lain. Terlepas dari banyak perubahan kebiasaan hidup, yang paling terasa adalah pembengkakan biaya hidup. Semua serba bayar, semua serba mahal.
Biaya hidup di semarang, jauh lebih mahal dibanding jogja, sehingga harus pandai mensiasati supaya kantong tidak kering. Di blog ini aku pernah menulis survival di kota jogja, artinya bagaimana bertahan hidup di belantara kota pelajar, trik-trik hidup hebat namun masih bisa gaul dan beraktifitas normal layaknya orang lain. Disini tantangannya adalah kembali melakukan survival di kota, bedanya klo dulu di jogja, sekarang survival di kota semarang.
Malam kemaren aku baru mulai merambah bagian-bagian lain dari jalanan dari kos menuju tempat kerja. Jalanan gelap, warung yang kira-kira murah, toko buah yang bisa berhemat, swalayan yang harganya miring dan sebagainya. Yang kutemukan adalah sebuah warteg yang masakannya lumayan asik juga, enak dan cukup murah untuk ukuran semarang. Gak ada nama wartegnya, yang jelas warung itu terletak di pojok pemukiman dan di dekatnya ada laundry dan warung burjo.
Untuk jalan-jalan pertama bisa dibilang lumayan sukses, selain menemukan warteg yang murah, juga menemukan jalan tembus sebagai alternatif bila jalan macet. Walau jalannya gak bagus, namun cukupan buat alternatif menuju tempat kerja.