EFEK teh yang bermanfaat pada kesehatan telah didemonstrasikan pada studi eksperimental menggunakan hewan dan beberapa studi manusia. Dua penyakit yang paling intensif diinvestigasi adalah penyakit jantung dan kanker.
Walaupun mekanisme aktivitas protektif dari teh terhadap penyakit tersebut telah diajukan, ada inkonsistensi dalam hubungan antara konsumsi teh dan risiko penyakit tersebut pada manusia.
BANYAK studi epidemiologik telah menginvestigasi efek konsumsi teh pada penyakit kardiovaskuler. Pada suatu studi jangka panjang di Belanda, konsumsi teh berhubungan dengan risiko kematian yang rendah akibat penyakit jantung koroner dan insidensi stroke yang rendah.
Pada studi di Rotterdam, suatu hubungan terbaik konsumsi teh dengan keparahan aterosklerosis aortik telah diobservasi. Studi kesehatan di Boston menemukan bahwa subyek yang minum satu cangkir (200-250 ml) atau lebih teh hitam per hari memiliki kira-kira setengah risiko dari suatu serangan jantung dibanding dengan orang yang tidak minum teh.
Satu mekanisme yang diajukan untuk efek protektif yang mungkin dari teh terhadap penyakit kardiovaskuler adalah bahwa polifenol teh menghambat oksidari LDL, yang diketahui terlibat dalam perkembangan aterosklerosis.
Studi telah mengindikasikan bahwa konsumsi teh hitam telah memproteksi LDL terhadap oksidasi ex vivo. Polifenol teh berakumulasi pada partikel LDL setelah 3 hari konsumsi teh hijau atau hitam, tetapi level mereka tidak cukup untuk memperkuat resistensi terhadap oksidasi LDL.
Aktivitas hipokolesterolemik dari teh dapat juga berkontribusi kepada proteksi terhadap penyakit jantung. Pada hewan yang diberi pakan tinggi lemak dan kolesterol, teh hijau, teh hitam, dan polifenol teh telah mencegah peningkatan lipida serum dan hati, telah menurunkan kolesterol total serum atau indeks aterogenik, dan telah meningkatkan ekskresi fekal dari lipida dan kolesterol total.
Bila hamster diberi pakan lemak tinggi, hamster yang diberi minum teh hijau atau plifenol teh hijau memiliki kolesterol total serum dan level triasilgliserol yang rendah tetapi ekskresi lemak fekal yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Namun, studi epidemiologik dan uji pada manusia telah gagal untuk menunjukkan suatu efek yang menurunkan kolesterol serum dari konsumsi teh hijau atau hitam. Dari 13 studi epidemiologik, hanya empat yang melaporkan hubungan terbalik. Suatu mekanisme potensial lain mungkin melalui efek teh pada berat dan lemak tubuh.
Observasi terbaru bahwa administrasi intragastrik teh hitam telah menghambat agregasi platelet dan telah mencegah thrombosis koronari eksperimental pada anjing dan bahwa konsumsi polifenol teh hijau telah menurunkan agregasi platelet yang terinduksi ADP yang memberikan suatu mekanisme yang mungkin untuk pencegahan penyakit kardiovaskuler. Namun, ekstrak teh hijau yang ekuivalen dengan 10 cangkir (2 liter) teh untuk 4 minggu tidak memiliki efek signifikan pada beberapa indikator yang berhubungan ke penyakit kardiovaskuler.
Teh hitam dan hijau telah menyebabkan peningkatan akut yang besar (30 menit setelah ingesti) pada tekanan darah daripada kafein sendiri. Namun, konsumsi teh reguler tidak mengubah tekanan darah.
Teh dan kanker
Teh telah dianggap sebagai suatu minuman pencegah kanker karena aktivitas seperti itu telah didemonstrasikan pada banyak model hewan.
Model-model tersebut meliputi kanker kulit, paru, esofagus, lambung, hati, usus halus, pankreas, kolon, kantung kemih, prostat, dan kelenjar susu. Larutan teh biasanya diberikan kepada hewan sebagai sumber tunggal cairan minuman.
Studi ekstensif pada tumorigenesis yang diinduksi cahaya UV dan bahan kimia sebagaimana tumor paru yang terinduksi bahan kimia dan yang terjadi spontan pada mencit telah mengindikasikan bahwa teh memiliki aktivitas inhibitori yang luas terhadap tumorigenesis dan efektif bila diadministrasikan selama tahap insiasi, promosi atau progresi karsinogenesis. Konklusi ini juga mungkin diaplikasikan pada model lain.
Hasil yang bertentangan telah dilaporkan mengenai efek teh pada karsinogenesis kolon; penghambatan dan kurang hambatan keduanya telah dilaporkan. Penghambatan dari tumorigenesis kelenjar susu yang terinduksi secara kimiawi oleh teh telah diobservasi pada tikus yang diberi pakan berlemak tinggi. EGCG telah diperlihatkan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker payudara dan prostat manusia.
Banyak mekanisme yang telah diajukan mengenai aksi inhibitori teh terhadap karsinogenesis. Mekanisme yang paling umum adalah aktivitas antioksidatif, tetapi banyak mekanisme yang lain juga penting. Efek antiproliferatif dari catechin teh telah didemonstrasikan pada model tumorigenesis paru dan kulit pada mencit. Hambatan tranformasi sel dan pertumbuhan sel oleh catechin dan theaflavin murni juga telah dilaporkan.
Aktivitas itu telah dihubungkan ke hambatan aktivitas activator protein 1 (AP-1). Karena aktivasi AP-1 yang sering pada banyak kanker manusia, aksi ini mungkin dapat diaplikasikan untuk pencegahan kanker manusia. Penghambatan enzim yang berhubungan dengan promosi tumor, seperti ornithine decarboxylase, protein kinase C, lipoksigenase dan sikloosigenase oleh teh telah diperlihatkan. Hubungan antara penurunan lemak tubuh oleh teh dan hambatan tumorigenesis kulit telah diobservasi.
Mencit yang minum teh hitam atau teh hijau memiliki tumor paru yang lebih sedikit dan berat yang kurang dibanding kontrol, walaupun mereka mengonsumsi jumlah makanan yang sama atau lebih. Berdasarkan aktivitas inhibitori yang bervariasi yang telah diobservasi pada model hewan yang berbeda dan kultur sel kanker yang berbeda, mungkin bahwa kandungan dan mekanisme teh yang multipel terlibat dalam hambatan karsinogenesis.
Efek teh pada nutrisi
Pada mencit kegemukan, konsumsi teh oolong selama 10 minggu telah mencegah kegemukan dan perlemakan. Absorpsi nutrien yang menurun dan pembakaran energi yang meningkat mungkin keduanya berkonstribusi pada efek tersebut.
Ekstrak teh hijau telah menstimulasi thermogenesis jaringan adiposa pada tikus sampai suatu tingkat yang lebih besar daripada yang dapat dilakukan oleh kafein sendiri. Ingesti ekstrak teh hijau oleh laki-laki muda sehat dengan setiap makanan menghasilkan peningkatan yang signifikan pada pembakaran energi 24 jam.
Studi ini telah mengindikasikan bahwa polifenol teh menghambat aktivitas catechol-O methyltransferase dan bereaksi sinergis dengan kafein untuk memperpanjang stimulasi simpatetik dari thermogenesis.
Apakah konsumsi teh mengganggu absorpsi protein pada manusia masih perlu diinvestigasi lebih lanjut. Karena afinitas ikatan yang kuat dari polifenol teh terhadap ion-ion logam, efek teh yang mungkin pada absorpsi nutrien tersebut merupakan hal yang penting.
Penurunan absorpsi besi karena minum teh telah dilaporkan. Kelihatannya efek tersebut terutama pada besi nonheme, dan bila teh dan besi dikonsumsi bersamaan. Absorpsi besi heme dari daging yang dimasak tidak dipengaruhi oleh konsumsi teh.
Di antara wanita umur 65-76 tahun, konsumsi teh berhubungan dengan pengukuran densitas mineral tulang yang lebih besar, yang konsisten dengan laporan bahwa teh bersifat protektif terhadap fraktura tulang pinggul. Data tersebut mengindikasikan bahwa komponen selain dari polifenol, seperti fitoestrogen atau fluorida, mungkin mempengaruhi densitas mineral tulang. Teh ditemukan menghambat aktivitas glukosiltransferase dari streptokokki oral dan perkembangan caries gigi pada tikus. Teh mengandung fluorida yang mungkin akan memperkuat enamel gigi dan meningkatkan kesehatan gigi.
Pada model mencit arthritik yang terinduksi kolagen, polifenol teh hijau secara signifikan mereduksi insidensi dan keparahan arthritis. Ekspresi mediator inflamatori yang meliputi siklooksigenase-2, interferon gamma, dan TNF-alpha lebih rendah pada sendi arthritik dari mencit yang diberi polifenol teh hijau. Katarak, yang berkembang sebagai akibat presipitasi protein pada lensa mata, mungkin direduksi oleh konsumsi teh yang meningkat.*
Walaupun mekanisme aktivitas protektif dari teh terhadap penyakit tersebut telah diajukan, ada inkonsistensi dalam hubungan antara konsumsi teh dan risiko penyakit tersebut pada manusia.
BANYAK studi epidemiologik telah menginvestigasi efek konsumsi teh pada penyakit kardiovaskuler. Pada suatu studi jangka panjang di Belanda, konsumsi teh berhubungan dengan risiko kematian yang rendah akibat penyakit jantung koroner dan insidensi stroke yang rendah.
Pada studi di Rotterdam, suatu hubungan terbaik konsumsi teh dengan keparahan aterosklerosis aortik telah diobservasi. Studi kesehatan di Boston menemukan bahwa subyek yang minum satu cangkir (200-250 ml) atau lebih teh hitam per hari memiliki kira-kira setengah risiko dari suatu serangan jantung dibanding dengan orang yang tidak minum teh.
Satu mekanisme yang diajukan untuk efek protektif yang mungkin dari teh terhadap penyakit kardiovaskuler adalah bahwa polifenol teh menghambat oksidari LDL, yang diketahui terlibat dalam perkembangan aterosklerosis.
Studi telah mengindikasikan bahwa konsumsi teh hitam telah memproteksi LDL terhadap oksidasi ex vivo. Polifenol teh berakumulasi pada partikel LDL setelah 3 hari konsumsi teh hijau atau hitam, tetapi level mereka tidak cukup untuk memperkuat resistensi terhadap oksidasi LDL.
Aktivitas hipokolesterolemik dari teh dapat juga berkontribusi kepada proteksi terhadap penyakit jantung. Pada hewan yang diberi pakan tinggi lemak dan kolesterol, teh hijau, teh hitam, dan polifenol teh telah mencegah peningkatan lipida serum dan hati, telah menurunkan kolesterol total serum atau indeks aterogenik, dan telah meningkatkan ekskresi fekal dari lipida dan kolesterol total.
Bila hamster diberi pakan lemak tinggi, hamster yang diberi minum teh hijau atau plifenol teh hijau memiliki kolesterol total serum dan level triasilgliserol yang rendah tetapi ekskresi lemak fekal yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Namun, studi epidemiologik dan uji pada manusia telah gagal untuk menunjukkan suatu efek yang menurunkan kolesterol serum dari konsumsi teh hijau atau hitam. Dari 13 studi epidemiologik, hanya empat yang melaporkan hubungan terbalik. Suatu mekanisme potensial lain mungkin melalui efek teh pada berat dan lemak tubuh.
Observasi terbaru bahwa administrasi intragastrik teh hitam telah menghambat agregasi platelet dan telah mencegah thrombosis koronari eksperimental pada anjing dan bahwa konsumsi polifenol teh hijau telah menurunkan agregasi platelet yang terinduksi ADP yang memberikan suatu mekanisme yang mungkin untuk pencegahan penyakit kardiovaskuler. Namun, ekstrak teh hijau yang ekuivalen dengan 10 cangkir (2 liter) teh untuk 4 minggu tidak memiliki efek signifikan pada beberapa indikator yang berhubungan ke penyakit kardiovaskuler.
Teh hitam dan hijau telah menyebabkan peningkatan akut yang besar (30 menit setelah ingesti) pada tekanan darah daripada kafein sendiri. Namun, konsumsi teh reguler tidak mengubah tekanan darah.
Teh dan kanker
Teh telah dianggap sebagai suatu minuman pencegah kanker karena aktivitas seperti itu telah didemonstrasikan pada banyak model hewan.
Model-model tersebut meliputi kanker kulit, paru, esofagus, lambung, hati, usus halus, pankreas, kolon, kantung kemih, prostat, dan kelenjar susu. Larutan teh biasanya diberikan kepada hewan sebagai sumber tunggal cairan minuman.
Studi ekstensif pada tumorigenesis yang diinduksi cahaya UV dan bahan kimia sebagaimana tumor paru yang terinduksi bahan kimia dan yang terjadi spontan pada mencit telah mengindikasikan bahwa teh memiliki aktivitas inhibitori yang luas terhadap tumorigenesis dan efektif bila diadministrasikan selama tahap insiasi, promosi atau progresi karsinogenesis. Konklusi ini juga mungkin diaplikasikan pada model lain.
Hasil yang bertentangan telah dilaporkan mengenai efek teh pada karsinogenesis kolon; penghambatan dan kurang hambatan keduanya telah dilaporkan. Penghambatan dari tumorigenesis kelenjar susu yang terinduksi secara kimiawi oleh teh telah diobservasi pada tikus yang diberi pakan berlemak tinggi. EGCG telah diperlihatkan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker payudara dan prostat manusia.
Banyak mekanisme yang telah diajukan mengenai aksi inhibitori teh terhadap karsinogenesis. Mekanisme yang paling umum adalah aktivitas antioksidatif, tetapi banyak mekanisme yang lain juga penting. Efek antiproliferatif dari catechin teh telah didemonstrasikan pada model tumorigenesis paru dan kulit pada mencit. Hambatan tranformasi sel dan pertumbuhan sel oleh catechin dan theaflavin murni juga telah dilaporkan.
Aktivitas itu telah dihubungkan ke hambatan aktivitas activator protein 1 (AP-1). Karena aktivasi AP-1 yang sering pada banyak kanker manusia, aksi ini mungkin dapat diaplikasikan untuk pencegahan kanker manusia. Penghambatan enzim yang berhubungan dengan promosi tumor, seperti ornithine decarboxylase, protein kinase C, lipoksigenase dan sikloosigenase oleh teh telah diperlihatkan. Hubungan antara penurunan lemak tubuh oleh teh dan hambatan tumorigenesis kulit telah diobservasi.
Mencit yang minum teh hitam atau teh hijau memiliki tumor paru yang lebih sedikit dan berat yang kurang dibanding kontrol, walaupun mereka mengonsumsi jumlah makanan yang sama atau lebih. Berdasarkan aktivitas inhibitori yang bervariasi yang telah diobservasi pada model hewan yang berbeda dan kultur sel kanker yang berbeda, mungkin bahwa kandungan dan mekanisme teh yang multipel terlibat dalam hambatan karsinogenesis.
Efek teh pada nutrisi
Pada mencit kegemukan, konsumsi teh oolong selama 10 minggu telah mencegah kegemukan dan perlemakan. Absorpsi nutrien yang menurun dan pembakaran energi yang meningkat mungkin keduanya berkonstribusi pada efek tersebut.
Ekstrak teh hijau telah menstimulasi thermogenesis jaringan adiposa pada tikus sampai suatu tingkat yang lebih besar daripada yang dapat dilakukan oleh kafein sendiri. Ingesti ekstrak teh hijau oleh laki-laki muda sehat dengan setiap makanan menghasilkan peningkatan yang signifikan pada pembakaran energi 24 jam.
Studi ini telah mengindikasikan bahwa polifenol teh menghambat aktivitas catechol-O methyltransferase dan bereaksi sinergis dengan kafein untuk memperpanjang stimulasi simpatetik dari thermogenesis.
Apakah konsumsi teh mengganggu absorpsi protein pada manusia masih perlu diinvestigasi lebih lanjut. Karena afinitas ikatan yang kuat dari polifenol teh terhadap ion-ion logam, efek teh yang mungkin pada absorpsi nutrien tersebut merupakan hal yang penting.
Penurunan absorpsi besi karena minum teh telah dilaporkan. Kelihatannya efek tersebut terutama pada besi nonheme, dan bila teh dan besi dikonsumsi bersamaan. Absorpsi besi heme dari daging yang dimasak tidak dipengaruhi oleh konsumsi teh.
Di antara wanita umur 65-76 tahun, konsumsi teh berhubungan dengan pengukuran densitas mineral tulang yang lebih besar, yang konsisten dengan laporan bahwa teh bersifat protektif terhadap fraktura tulang pinggul. Data tersebut mengindikasikan bahwa komponen selain dari polifenol, seperti fitoestrogen atau fluorida, mungkin mempengaruhi densitas mineral tulang. Teh ditemukan menghambat aktivitas glukosiltransferase dari streptokokki oral dan perkembangan caries gigi pada tikus. Teh mengandung fluorida yang mungkin akan memperkuat enamel gigi dan meningkatkan kesehatan gigi.
Pada model mencit arthritik yang terinduksi kolagen, polifenol teh hijau secara signifikan mereduksi insidensi dan keparahan arthritis. Ekspresi mediator inflamatori yang meliputi siklooksigenase-2, interferon gamma, dan TNF-alpha lebih rendah pada sendi arthritik dari mencit yang diberi polifenol teh hijau. Katarak, yang berkembang sebagai akibat presipitasi protein pada lensa mata, mungkin direduksi oleh konsumsi teh yang meningkat.*
sumber : http://id.inaheart.or.id/?p=48