23/11/2009 10:09:32 DAWET merupakan salah satu minuman tradisional Jawa yang masih bertahan dari serbuan minuman ‘moderen’, terutama berlabel luar negeri. Dari berbagai macam dawet yang dijajakan di pinggir jalan, mayoritas konsumen lebih mengenal Dawet Banjarnegara, dengan bermacam embel-embel nama. Tapi Dawet 71 (baca Tuju Satu) asli Yogya dan tak kalah nikmat dibanding Dawet Banjarnegara, karena memiliki kekhasan tersendiri. Bahkan Dawet 71 ini, sudah dikembangkan dalam bentuk waralaba.Minuman dawet ini dirintis Fathurachman, warga asli Yogya. Nama 71 merupakan singkatan dari Bermutu Juara Teruji. Minuman ini menyajikan kekhasan tradisional dawet asli, dengan varian rasa pandan dan nangka. Untuk rasa maupun penyajiannya hasil kombinasi tiga macam dawet, yakni dari Jabar, Jateng dan Jatim. Dawet 71 diformulasikan secara alami tanpa bahan pengawet, pemanis buatan, flavour dan pewarna. Semuanya serba alami dan diproses secara higienis. Sehingga kelezatan yang ditawarkan benar-benar sehat.“Penyajiannya ditambah ketan hitam, membuat semakin nikmat tanpa khawatir berdampak buruk bagi kesehatan,” ungkap Faturachman, di gerai Dawet 71 miliknya, Manukan, Condongcatur, Depok, Sleman.Fatur, demikian sapaan akrabnya, mengawali berjualan dawet pada 2006 secara konvensional (belum waralaba). Outletnya waktu itu masih sangat sederhana, menggunakan gerobak bekas mi ayam, pemberian temannya. Modal awal Rp 30 ribu hanya cukup untuk berbelanja bahan dawet sekitar 20 porsi. Awalnya hanya dawet biasa berupa santan kelapa, gula Jawa dan cendol. Sambil berjalan, dia mencoba meracik mengkombinasikan beberapa macam dawet, hingga akhirnya ditemukan bentuk dawet khas 71 seperti sekarang. Sejak saat itu, usahanya berkembang pesat. Cukup dengan Rp 2.000, konsumen sudah dapat merasakan kesegaran dan kelezatan Dawet 71.