Genderang Piala Dunia masih terasa kencang, setiap hari di toko-toko, di warung-warung, pangkalan becak, pangkalan taksi, kampus, kantor, tempat kerja semua membicarakan hasil pertandingan piala dunia termasuk tingkah polah pemain, wasit, pelatih dan juga sisi-sisi lain yang terkuak selama piala dunia di Afrika Selatan. Ada hal-hal menarik selama pagelaran even ini, semisal tebakan atau prediksi Gurita, Sang Batman yang masuk lapangan saat pertandingan Jerman Vs Spanyol, dan juga gol Inggris yang tidak di syahkan oleh wasit.
Lebih dari semua itu, saya pribadi menyoroti air mata Cardozo, pemain Paraguy yang gagal melakukan ekskusi pinalti. Linangan Air mata itu jelas merupakan air mata kesedihan, kekecewaan yang mendalam karena merasa gagal dan menyebabkan gagalnya Tim Nasional Paraguy melangkah ke babak semifinal. Bagi dia mungkin kegagalan itu sangat menyakitkan, namun bagiku yang menonton, air mata itu adalah kebanggaan. Kebanggaan karena membuktikan bahwa Cardozo adalah pahlawan, pembela tim nasionalnya, dia memainkan si kulit bundar dengan hati, dengan kemauan, dengan totalitas untuk negaranya.
Lalu apa yang terjadi di dalam negeri? masih berkutat berita tentang tangis " korban" skandal sex video seorang artis. Tangis yang gak jelas, sedih karena apa, karena konangan atau karena ngaku atau karena malu. Yang jelas tangis kesedihan yang egois, hanya untuk mengungkapkan isi hati pribadi tanpa mengandung makna apa-apa bagi orang lain, apalagi masyarakat Indonesia. Lalu patutkah kita memelototi siaran televisi setiap hari yang hanya memberitakan hal-hal yang kurang mengandung nilai pendidikan untuk kita? keluarga kita? anak-anak kita?